Klarifikasi Dekan Fatek, Soal Dugaan Tindak Kekerasan di Fatek Unpatti

  • Whatsapp
banner 468x60

AMBON, MG.com – Dugaan tindak kekerasan yang terjadi di Fakultas Teknik Universitas Pattimura Ambon akhirnya disikapi Dekan Fatek Unpatti, Dr. W. R. Hetharia.
Dalam rilis yang diterima MenaraGlobal.com, Senin (06/05/2019), Hetharia menjelaskan kronologis kejadian yang sebenarnya antara dirinya selaku Dekan Fatek Unpatti dan enam mahasiswa tersebut.

Menurut Hetharia, kejadian itu terjadi tepat pada saat ada kegiatan nasional yakni, Workshop Nasional dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, pada Kamis  25 April 2019

Kegiatan workshop dilaksanakan di Ruang Kuliah Umum Lantai 2 Gedung Utama Fakultas Teknik Unpatti yang berlangsung selama dua hari mulai jam 09.00 wit hingga jam 17.00 wit, dengan menampilkan narasumber dari Kementerian PUPT dan narasumber lokal lainnya.

Kegiatan ini diikuti mahasiswa jurusan Teknik Sipil dan Mesin dari Fakultas Teknik Unpatti, Fakultas Teknik Unidar, Fakultas Teknik UKIM dan Politeknik Negeri Ambon.

“Untuk mengatisipasi dan memberikan suasana nyaman kepada peserta workshop maka saya menginstruksikan Kasubag dan Staf Kemahasiswaan serta seorang Resimen Mahasiswa Fakultas Teknik untuk menjaga keamanan ruangan dan lokasi kegiatan dari kebisingan mahasiswa. Langkah ini harus ditempuh lantaran kawasan tersebut sering dilewati mahasiswa dan suara mereka kadang mengganggu aktivitas kuliah,” jelasnya.

Suasana nyaman sempat dinikmati peserta workshop pada hari pertama hingga pukul 14.00 wit. Dan kenyamanan tersebut terusik sekitar pukul 14.30 wit.
Hetharia menjelaskan, saat itu dirinya telah kembali ke ruang kerjanya dan tiba-tiba terdengar suara berisik yang ditimbulkan sekelompok mahasiswa yang berdiri di depan Laboratorium Teknik Industri yang letaknya bersebelahan dengan Gedung Utama Fakultas Teknik.

Hetharia sempat mengintip aksi anak-anak tersebut dari balik jendela ruang kerjanya. Namun, dia kembali bekerja karena yakin kebisingan anak-anak itu akan berhenti.

Sayangnya, harapan Hetharia tidak terwujud lantaran aksi kelompok tersebut semakin menjadi-jadi. Suara tawa dan teriakan mereka semakin mengganggu.

Menyikapi kondisi itu, Hetharia berinisiatif menegur sekelompok mahasiswa itu. “Saya meninggalkan ruang kerja dan menuju hall lantai dua Gedung Utama, dan meminta anggota Menwa memanggil mereka, bahkan saya sempat berteriak memanggil mereka dari lubang ventilasi dinding hall tetapi mereka tidak menggubrisnya,” kata Hetharia.
Sembari menambahkan jika tidak ada kata-kata makian seperti yang diberitakan.

Merasa tidak digubris, Hetharia turun ke lantai satu. Melihat dirinya turun, dua mahasiswa sempat mencoba menyelinap masuk ruang laboratorium dan menghilang. “Saya langsung menyuruh anggota Menwa memanggil dua mahasiswa tersebut namun tidak ditemukan saat itu,” ceritanya.

Tidak lama kemudian, keenam mahasiswa tersebut, menghadap Hetharia dibawa tangga lantai satu.
Hetharia mengaku emosi dan langsung menampar pipi keenam anak didiknya itu. Diakuinya saat itu, salah satu mahasiswa pria yang pertama kali dipukul sempat menangkis tangannya, dan Hetharia menendang kakinya.

“Keenam mahasiswa itu saya pukul tapi bukan pukul seperti musuh. Hanya saja saat tangan saya memukul Febby Sairdekut, anak ini langsung menghindar dan saya secara refleks memukul balik, pada saat itu, cincin saya kena bagian hidung akibatnya timbul luka gores dan berdarah,” jelas Hetharia.

Setelah itu, lanjut Hetharia, dirinya langsung kembali ke ruang kerja meninggalkan keenam mahasiswa tersebut.
Namun tidak lama kemudian, dirinya meminta anggota Menwa memanggil staf Sub-Bagian Kemahasiswaan dan meminta keenam anak tersebut menghadapnya.

Setibanya mereka berenam di ruang kerjanya, Hetharia langsung menegur mereka dengan keras. “Saya sempat menegur mereka dengan keras bahwa kampus tempat kuliah bukan pasar, apalagi saat itu ada workshop. Saat itu, salah satu diantara mereka menjawab bahwa mereka sedang diskusi. Saya langsung menegaskan kalau diskusi di ruangan kelas bukan di emperan apalagi saat itu ada kegiatan berskala nasional,” jelasnya.

Pada saat itu kata Hetharia, dia melihat hidung Feby Sairdekut masih berdarah. Dirinya langsung meminta staf Sub-Bagian Kemahasiswaan mencatat nama dan memberi bimbingan kepada lima mahasiswa di ruangan Sub Bagian Kemahasiswaan.

Sementara dia meminta Febby Sairdekut untuk tetap berada di ruangannya.
“Saya langsung meminta maaf dan menawarkan pengobatan dan direspon Febby bahwa tidak masalah,” kata Hetharia.

Febby tambah Hetharia, hanya meminta dibelikan alkohol dan obat merah di apotik dan nanti akan mengobatinya sendiri. “Nanti saya obati sendiri saja karena ini hanya luka kecil,” kata Hetharia menirukan ucapan Febby saat itu.

Selanjutnya, Febby ditemani pembantu sekretaris dan diantar mobil Dekan Fatek Unpatti yang dikemudikan sopirnya menuju Apotik Wayame membeli alkohol dan obat merah.
Setelah itu, menurut penjelasan pembantu sekretarisnya, Febby kembali ke laboratorium dan akan mengobati lukanya.

Hetharia mengaku terkejut setelah mengetahui peristiwa tersebut muncul di media online dan viral di media sosial padahal dirinya tidak pernah dikonfirmasi. “Mestinya, saya juga dimintai penjelasan dan bukan pemberitaan sepihak,” katanya kecewa. (MG)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60