AMBON, MG.com – Selain penyediaan Alat Pelengkap Diri (APD), tim medis jdi sejumlah rumah sakit rujukan pasien corona virus disease 2019 (covid-19) juga membutuhkan ventilator.
Ventilator adalah mesin yang menyediakan ventilasi mekanis dengan menggerakkan udara untuk masuk dan keluar paru-paru. Alat ini berfungsi memberikan napas buatan kepada pasien yang secara fisik tidak dapat bernapas, atau bernafas kurang baik.
Alat ini akan digunakan untuk mengobati pasien yang sakit.
Demikian disampaikan Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku, Kasrul Selang saat video conference dalam Rapat Terbatas (Ratas) dengan Gugus Tugas Nasional dari ruang rapat khusus Lantai II Kantor Guberumur Maluku, Jumat (03/04/2020).
“Kami juga punya strategi, bila yang masuk ke rumah sakit adalah pasien yang kondisi kesehatannya benar-benar kritis. Sementara beberapa gedung diklat atau asrama dijadikan sebagai tempat mengkarantina warga yang kondisi kesehatannya berstatus ODP maupun PDP ringan. Tujuannya untuk memberikan waktu, energi maupun menghemat pemakaian tempat tidur di rumah sakit,” ujarnya.
Kasrul juga menjelaskan secara garis besar tentang penanganan Orang Dalam Pengawasan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), termasuk menangani pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. Pihaknya juga telah mempersiapkan rumah sakit rujukan untuk menangani pasien Covid-19.
“Selama 16 hari, kita lakukan pengobatan terhadap satu orang positif Corona asal Bekasi dan sekarang telah sembuh. Kami tidak hanya mengobati sakitnya, namun juga persiapan selama 16 hari itu terkait psiko-sosialnya,” jelasnya.
Penanganan kedua, lanjut Kasrul, pihaknya telah perketat pintu masuk ke Maluku, baik melalui udara maupun laut. Sejauh ini, kata dia, jumlah pemudik semakin bertambah. Peningkatan ini, akibat sekolah-sekolah telah meliburkan siswanya. Begitu pun dengan perkantoran, telah merumahkan pegawainya. Sejak tanggal 30 Maret 2020 hingga saat ini, pihaknya mencatat sebanyak 4.448 pelaku perjalanan (pemudik) yang pulang ke Maluku.
“Dari jumlah ini, 3 ribu lebih pemudik tersebar di sebelas kabupaten/kota se-Maluku. Namun mereka diisolasi secara mandiri. Isolasi ini difasilitasi oleh pemerintah desa setempat menggunakan gedung sekolah, dibawah pengawasan pemerintah desa dan masyarakat,” lanjutnya. (Ger)