AMBON, MG.com – KONI Maluku lebih memperhatikan atau prioritas Satgas dari pada atlit yang akan bertarung di PON XX di Papua Oktober mendatang.
Perhatian tidak wajar ini tercermin dari besaran honor yang diterima atlit dan Satgas juga pelatih.
“Honor pelatih Rp 2.850.000, honor Satgas berkisar antara Rp 3 hingga 4 juta dan honor atlit Rp 2.800.000 per bulan. Itu artinya Satgas lebih diperhatikan dan dihargai ketimbang atlit,” kata Ketua Komisi IV DPRD Maluku, Samson Atapary kepada wartawan di Kantor DPRD Maluku, Rabu (28/07/2021).
Hal ini tentunya patut disesalkan lantaran atlit akan bertarung membawa nama Maluku namun perhatian yang diperoleh sangat tidak seimbang.
Sebab, ternyata porsi terbesar honor bukan untuk atlit dan pelatih namun untuk ‘orang KONI.
“Honor Satgas dibandingkan honor atlit dan pelatih jauh berbeda, padahal subjek untuk kegiatan kompetisi di PON bukan organisasi KONI, tapi cabang olahraga. Kalau bicara cabang olahraga berarti alit, dan harusnya atlit yang diprioritaskan. Atlit berlatih dari pagi, istirahat siang lanjut di sore hari, dan tidak ada pekerjaan lain, mereka fokus latihan dan bertarung, mestinya honor mereka itu diperbesar,” kata Atapary.
Untuk itu lanjut Atapary, honor para atlit mesti dikoreksi, karena tidak mungkin Pemda Maluku mengalokasikan anggaran untuk atlit PON XX dengan kondisi fiskal yang rendah.
Atapary mencontohkan, atlit uang akan diberangkatkan ke Papua hanya 46 orang tapi Satgas yang ditugaskan sekitar 40 orang.
“Itu berarti satu atlit didampingi satu satgas dan ini pemborosan,” katanya.
Menurut Atapary, orang KONI tidak perlu diberi honor lebih besar dibandingkan atlit,
keberadaan mereka pada organisasi ini untuk mengabdi, bukan cari pekerjaan. “Orang di KONI sudah mapan semuanya, tidak perlu lagi terima honor sebessr itu, Pemda harus evaluasi,” katanya.
Ditambahkan, orang yang duduk di KONI hanya untuk mengabdi.
“Jangan duduk disitu mencari dan seakan-akan itu pekerjaan, jika tetap begini maka prestasi olahraga tidak akan maju, ” ujarnya.
Atapary menilai, Satgas tudak perlu dikirim dalam jumlah banyak karena keberadaan pelatih telah cukup dan bisa bertindak selaku pendamping.
“Kalau ada 13 cabang olahraga , mestinya pendamping dibutuhkan 13 orang dari KONI tidak perlu lagi ada Satgas dalam jumlah besar, tapi yang terjadi Satgas berjumlah sekitar 40 orang,” katanya. (Eln)