Ambon,MG.com-DPRD Maluku secara tegas menyebut, ada mafia dibalik proses seleksi calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tingkat Nasional untuk upacara 17 Agustus 2024 di Jakarta.Pasalnya ketidak adanya transparansi dalam seleksi yang dilakukan tim panitia seleksi (Pansel).
Hal itu kemudian mengakibatkan ketidak lolosnya Cristianie Lumatalale siswa Kelas 10 SMA Negeri 3 yang dilakukan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Maluku melalui tim Pansel.
Alhasilnya ada dugaan unsur Kolusi, Nepotisme dan Diskriminasi (KND) menuai kecaman keras dari DPRD Maluku.
Demikian diungkapkan DPRD dalam rapat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi lewat Kesabangpol yang berlangsung di ruang Paripurna DPRD Maluku, Kamis (13/6).
Wakil Ketua Komisi I DPRD Maluku, Yance Wenno mengatakan ketidakadilan dalam proses seleksi yang dilakukan Panitia Seleksi tingkat Provinsi Maluku menandakan buruknya penerapan pola seleksi sehingga perlu dirubah agar ada dampak keadilan bagi seluruh masyarakat sehingga kasus yang dialami Cristianie tidak lagi terulang.
”Masalah yang dihadapi Cristianie bukanlah masalah baru karena kasus ini juga pernah terjadi beberapa tahun lalu. Karena itu perlu ada perubahan dalam pola seleksi,” ujar Wenno,
Ditambahkan, sangat memalukan jika Cristianie yang harus digantikan dengan siswa lain tapi punya riwayat kesehatan yang lebih buruk. Karena itu perlu ada penjelasan resmi dari dokter yang menangani.
“Ini alasan yang tidak masuk akal” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Komisi IV, Samson Atapary menyayangkan buruknya seleksi yang dilakukan Panitia seleksi tingkat provinsi karena sarat mafia dan nepotisme.
“Saya kira ada mafia dalam proses medical check up. Sebab peserta tidak diketahui mengetahui hasil rekaman mediknya tapi bisa oleh peserta lain,” ujarnya.
Ditegaskan Atapary bahwa apa yang dilakukan oleh Panitia Seleksi dan pemerintah daerah telah membunuh karakter anak di bawah umur. Kondisi mental anak sangat berbeda jauh dengan orang dewasa.
Kondisi anak di bawah umur ini sangat labil jika dibandingkan dengan orang dewasa. Apa yang dilakukan merupakan pembunuhan karakter anak” tutup Atapary.
Hal senada juga disampaikan wakil Ketua DPRR Maluku, Melkianus Sairdekut, yang secara tegas bahwa ada dugaan permainan mafia dibalik seleksi Paskibraka, selain ada yang tidak lolos, tapi memenuhi syara, sebaliknya ada yang tidak menenuhi syarat tapi diloloskan.
Parahnya lagi dari empat orang yang harus dikirimkan sesuai dengan plafon anggaran, tapi realita terdapat enam orang yang dikirim, sehingga patut dipertanyakan.(**)